BUDIDAYA CABAI ORGANIK
DENGAN TEKNOLOGI BIOFOB
EXECUTIVE SUMMARY
Organik berencana membudidayakan tanaman cabai organik di
Kabupaten Pringsewu menggunakan teknologi Biofob. Dengan manfaat menghasilkan bibit yang bermutu dan bebas patogen penyakit.
Budidaya ini memiliki sasaran
pasar berupa produk cabai organik mampu menembus segmentasi pasar di Kab.
Pringsewu. Usaha budidaya ini bertujuan untuk
:
1. Menyuplai
kebutuhan cabai organik terutama di wilayah Pringsewu yang memacu kesehatan
masyarakat,
2. Memperbaiki
mutu dan kualitas cabai, mendukung dan menigkatkan kesehatan masyarakat,
3. Mengurangi
pencemaran lingkungan terutama pada kualitas tanah.
Dalam
usaha budidaya, produk akan dipasarkan mulai tingkat swalayan hingga pasar
tradisional. Produk akan disortasi berdasarkan tingkatan mutu (mutu 1, 2, 3,
dan 4). Pada periode produksi, pendapatan yang akan diterima Rp 648.960.000,-
dengan kelayakan analisa usaha BEP Rp .4.792,-, R/C Rasio Rp 10.318,- sehingga
usaha ini layak untuk dijalankan.
RENCANA BISNIS
1.
Latar
Belakang Bisnis
Cabai merupakan salah satu komoditas
hortikultura yang diperlukan oleh semua tingkat sosial masyarakat sepanjang
waktu. Tak
hanya kegunaannya sebagai bahan dasar bumbu masakan, namun menurut beberapa penelitian rasa
pedas yang dimiliki oleh cabai juga memiliki manfaat yang tak kalah penting
bagi kesehatan yakni dapat menurunkan kolestrol, mengurangi resiko kanker dan
menyembuhkan luka (Trisono, 2012).
Khususnya di Kabupaten Pringsewu, Provinsi Lampung kebutuhan akan cabai cukup tinggi, baik di tingkat
konsumen rumah tangga maupun pedagang. Berdasarkan riset pendahuluan, di
Kabupaten Pringsewu diketahui jumlah rumah tangga tahun 2013 sebanyak 74.031
KK. Rata-rata konsumsi
cabai perhari adalah 5922 Kg. Dengan
demikian, kebutuhan cabai di Kabupaten Pringsewu setiap tahunnya mencapai
2.132 Ton.
Kendati kebutuhan akan cabai tinggi, harga cabai
dipasaran amat fluktuatif.
Menurut
Sanjani
(Petugas Pelayanan Informai Pasar di
Dinas Pertanian Pringsewu)
perubahan
tingkat harga yang terjadi di pasar tersebut bersifat negatif atau berlawanan
dengan jumlah permintaan cabai merah keriting yang diminta, dimana kuantitas
yang dikonsumsi akan menurun seiring dengan meningkatnya harga cabai merah
keriting sehingga elastisitas masing-masing individu dapat berbeda-beda. Namun demikian, tidak semua individu memiliki
permintaan yang elastis, pada kenyataannya individu di tingkat satu tidak mengurangi jumlah konsumsinya bila
terjadi kenaikan harga.
Dilihat
dari aspek produksi,
cabai lokal di Kabupaten Pringsewu masih
sangat terbatas.
Berdasarkan
data BPS dan Dinas Pertanian kabupaten Pringsewu, total penduduk Kabupaten Pringsewu,
Lampung yakni sejumlah 370.157 jiwa dengan jumlah petani pada tahun 2013
terakhir sebanyak 54.677 orang dan total lahan pertanian ladang/huma di
Kabupaten Pringsewu seluas 7.100 Ha. Dari total luas lahan tersebut hanya
mampu memenuhi kebutuhan cabai kurang
lebih 20% dari total kebutuhan
cabai di Kabupaten Pringsewu dan sisanya banyak dipasok dari luar terutama
daerah Jawa. Sentra produksi cabai di Kabupaten Pringsewu
hanya terdapat di dua kecamatan yakni Kecamatan Adiluwih dan Kecamatan Pardasuka.
Dewasa ini, adanya hama dan penyakit yang menyerang tanaman cabai di daerah tersebut
meyebabkan para petani melakukan
budidaya sangat intensif. Bahkan banyak petani yang telah
beralih membudidayakan komoditi lain yang resiko kegagalan produksinya lebih
rendah. Hal ini tentu akan semakin
mengurangi pasokan cabai lokal dan Kabupaten Pringsewu hanya akan menjadi objek
pasar bagi sentra-sentra produksi cabai di luar Kabupaten Pringsewu.
Menurut
Ali, Kepala bagian
Peneliti Pemasaran dan Pengelolaan Hasil di Badan Pusat Statistik Kabupaten
Pringsewu menyatakan, potensi masyarakat untuk mengembangkan budidaya pertanian
cabai memungkinkan untuk dilakukan namun, melihat kenyataan bahwa cabai sangat
sulit untuk dibudidayakan karena biaya yang mahal terutama pada sisi pemeliharaan.
Rentannya cabai terserang hama dan penyakit menuntut sistem budidaya
intensif dengan biaya tinggi terutama penggunaan pestisida dan pupuk kimia. Biaya produksi cabai
per ha mencapai Rp 30.000.000,-. Biaya terbesar
terletak pada aspek pemeliharaan yakni penggunaan pestisida,
karena sekali penyemprotan saja
bisa menghabiskan dana sampai
Rp 500.000,-. Interval penyemprotan yang dilakukan petani
di lahan pertanaman cabai sangat singkat yakni setiap 3 hari sekali. Penyemprotan pestisida akan lebih sering
apabila musim penghujan. Disamping
itu, fluktuasi harga yang tidak terkendali dapat menimbulkan kerugian yang menyebabkan sebagian petani enggan membudidayakan cabai.
Berdasarkan aspek kesehatan, penggunaan
pestisida kimia yang
berlebihan, tentu akan
berpengaruh terhadap kesehatan konsumen.
Beberapa
ahli kesehatan menyatakan bahaya dari penggunaan pestisida pada tanaman pangan
khususnya yang sering dikonsumsi masyarakat sehari-hari yaitu banyaknya senyawa
kimia yang berpotensi memunculkan radikal bebas, kanker, serta berpengaruh pada penghambatan
kerja otak bila terlalu sering dikonsumsi dan bahkan dapat menyebabkan
kematian. Dengan demikian konsumsi cabai yang
diproduksi dengan penggunaan pestisida yang sangat intensif sangat beresiko bagi
kesehatan konsumen (Puji, 2013). Dari
uraian di atas dapat disimpulkan :
-
Pasokan cabai di wilayah Pringsewu untuk
petani lokal hanya mampu memenuhi 20% kebutuhan cabai dan sisanya banyak
dipasok dari luar.
-
Kegiatan budidaya cabai organik di
Pringsewu sangat intensif bahan kimia terutama pestisida.
-
Hasil survey menyimpulkan banyak
konsumen mengalami gangguan kesehatan akibat produk-produk yang mengandung
tinggi kadar zat kimia.
-
Belum ada petani Pringsewu yang
membudidayakan cabai secara organik.
Tujuan
dilakukannya penulisan proposal ini adalah agar CV Mekar Tani Organik dapat
mencoba memberikan solusi (Problem
Solving) terhadap permasalahan-permasalahan di atas, yang pertama untuk
menyuplai kebutuhan cabai organik terutama di wilayah Pringsewu yang memacu
kesehatan masyarakat, kedua, untuk memperbaiki mutu dan kualitas cabai,
mendukung dan menigkatkan kesehatan masyarakat, dan untuk mengurangi pencemaran
lingkungan terutama pada kualitas tanah. CV. Mekar Tani Organik berusaha
mengembangkan budidaya tanaman cabai secara organik dengan teknologi BioFob
yang tentu lebih sehat, ramah lingkuagan dan berteknologi.
Teknologi
BioFob adalah inovasi baru, yang memanfaatkan peranan mikroorganisme dan ekstra
tanaman (metabolisme sekunder) dalam budidaya tanaman yang berorientasi organic farming dan ramah lingkungan.
Mikroorganisme yang digunakan tersebut berperan meningkatkan tanaman terhadap
penaykit (induksi tanaman) dan produktivitas tanaman. Keberhasilan cara ini
juga pernah diraih oleh Kaupaten Tumenggung, Jawa Tengah (2005) pada budidaya
cabai mengakibatkan produksi menigkat
sampai 2 kali lipat dibanding cara biasa. Tak hanya di Jawa Tengah, BioFob juga
telah memberikan lahan keuntunagn yang menjanjikan pada budidaya vanili di
wliyah Flores.
Bermaksud
untuk melakukan hal yang sama CV.Mekar Tani Organik mengajukan proposal ini
untuk menjalankan usaha budidaya tanaman cabai organik dengan teknologi BioFob
dengan tujuan dan manfaat yang terlampir di atas diharakan agar Bapak/Ibu
berkenan untuk berkerja sama (to
cooperate) dengan kami untuk mengembangkan usaha yang berorientasi
lingkungan ini. Semoga proposal ini dapat dierima dan dipertimbangkan dengan
sebaik-baiknya.
2.
Struktur
Organisasi Bisnis
Nama
Perusahaan : CV Mekar Tani Organik
Tanggal
Terbentuk : 16 April 2014
Motta : “Melakukan
yang terbaik untuk hasil terbaik”
Struktur Bagan Inti
Pengurus Perusahaan :
![]() |
![]() |
|
|
|
3.
Visi
dan Misi Perusahaan
-
Visi :
CV
Mekar Tani Organik mempunyai visi bahwa pada tahun 2020 mayarakat di Kabupaten
Pringsewu sudah gemar mengonsumsi cabai organik.
-
Misi :
Untuk mencapai visi di
atas CV Mekar Tani Organik mempunyai misi, sebagai berikut :
1. Meningkatkan
volume produksi setiap tahunnya.
2. Memperluas
jaringan pemasaran.
3. Meningkatkan
aktivitas sosialisasi dan promosi.
ASPEK PRODUKSI
Budidaya cabai membutuhkan
perawatan yang intensif. Hal ini dikarenakan tanaman cabai sangat rentan terhadap
serangan hama dan penyakit. Penggunaan teknologi Bio-Fob yang ramah lingkungan
dapat dijadikan alternatif solusi dalam mengatasi berbagai permasalahan
budidaya cabai.
Teknologi
Bio-FOB adalah inovasi baru dalam budidaya pertanian dengan memanfaatkan
mikroorganisme dan ekstrak tanaman. Mikroorganisme yang digunakan dalam
teknologi Bio-FOB bisa meningkatkan ketahanan, mutu dan produktivitas tanaman.
Ada 3 jenis mikroorganisme yang digunakan dalam teknologi Bio-FOB yaitu F. oxysporum non patogenik, Bacillus
pantotkenticus ,dan Trichoderma
lactae. Bio-FOB, adalah formula dengan bahan
aktif (b.a): spora Fusarium oxysporum non
patogenik (Fo. NP). Formula BioFOB digunakan untuk memproduksi bibit sehat
dan toleran terhadap penyakit tertentu.
1.Manfaat Formula
BioFOB pada tanaman antara lain:
a.
Menginduksi/meningkatkan
ketahanan tanaman terhadap infeksi patogen penyakit terutama yang disebabkan
oleh cendawan dan menghasilkan bibit yang bermutu dan bebas patogen penyakit.
b.
Merangsang
pertumbuhan, dan masa produktivitas tanaman akan lebih lama dibanding cara
konvensional.
2.SOP Produksi
Bibit Cabai Dengan Metode Bio-FOB:
1.
Persiapan Persemaian:
Arah persemaian menghadap ke timur dengan naungan atap plastik atau rumbia. Media tumbuh dari campuran tanah
dan Organo TRIBA Plus, perbandingan 3 : 1 dan diinkubasikan selama ±1 minggu.
2.
Perlakuan basah: Benih
yang digunakan dicuci dengan air bersih kemudian direndam larutan Bio-FOB EC
selama 20-30 menit, yang telah diencerkan dengan air mineral yang biasa diminum.
3. Selanjutnnya dibungkus dengan kertas koran basah atau
handuk basah
4. Benih yang selesai diperam telah tumbuh calon akar
(radikel) 0,5 – 1,0 mm. Media tumbuh dalam polibag adalah campuran
Organo-TRIBA Plus + tanah yaitu (1 kg Organo-TRIBA Plus + 2 kg tanah halus)
+ 15gr TSP.
3. Fase
Pengolahan Tanah:
1. Berikan pupuk Organo TRIBA Plus dosis 0,5 – 1
ton/1000m2, kemudian diolah dan biarkan selama ±1 minggu. Kemudian, aplikasikan
sebanyak 50-100 kg Organo TRIBA Plus, biarkan 1 minggu dan sebarkan ke bedengan.
Ditutup mulsa plastik dan dilubangi, jarak tanam 60 cm x 70 cm pola zig-zag
(biarkan 1-2 minggu).
4. Fase Tanam:
1. Pilih bibit yang
seragam, sehat, kuat dan tumbuh mulus. Bibit memiliki 5-6 helai daun (umur
21-30 hari).
2. Cara Tanam: Waktu tanam pagi atau sore hari, bila panas
terik ditunda.
5. Fase Pengelolaan Tanaman (7-70 HST):
1. Penyiraman dapat
dilakukan dengan pengocoran tiap tanaman atau penggenangan.Dan penyemprotan
pupuk hayati BioTRIBA BT-2 ke tanaman dengan dosis 10 ml/l pada umur 10, 20,
30, 40 dan 50 HST.
2. Perempelan, sisakan 2-3 cabang utama/produksi mulai umur
15-30 hari
6. Pengendalian
Hama Penyakit:
Pengalaman
menunjukkan bahwa dengan menggunakan paket teknologi BioFOB, serangan penyakit
sangat berkurang. Untuk pengendalian OPT dapat menggunakan Mitol 20 EC
(penyakit) dan Siori SPO (Hama), dengan dosis 3-5 ml/l.
ASPEK
PEMASARAN
1.
Segmentasi
Pasar
Sasaran pasar produk
cabai organik dapat memasuki semua segmentasi pasar dari tingkat swalayan
sampai pasar tradisional. Produk akan disortasi berdasarkan tingkatan mutu
(mutu 1, 2, 3, dan 4). Produk mutu 1
memiliki kriteria paling unggul dari segi ukuran dan bentuk yang akan
didistribusikan ke pasar-pasar swalayan.
Pada segmentasi ini, diasumsikan produk mutu 1 mencapai 20% dari total
produksi. Produk mutu 2 (dengan asumsi
jumlah produk mencapai 50% dari total produksi) akan didistribusikan ke
pasar-pasar besar. Selanjutnya, produk
mutu 3 dengan kriteria mutu sedang akan didistribusikan ke usaha kecil dan
menengah yang menggunakan cabai sebagai bahan baku produksinya (seperti rumah
makan, penjual somay, dan penjual bakso).
Mutu yang paling rendah (mutu 4) akan didistribusikan ke pasar
tradisional. Melalui cara ini, cakupan
pasar produk kami dapat ke semua segmen pasar sehingga konsumen dari tiap
tingkatan dapat terjangkau. Pesaing kami
saat ini adalah petani-petani cabai dari luar daerah dan hanya sebagian kecil
petani lokal. Akan tetapi, system
budidaya yang diterapkan pesaing umumnya anorganik dengan aplikasi pestisida
yang intensif sehingga menghasilkan produk cabai yang memiliki resiko terhadap
kesehatan konsumen.
2.
Target
Pemasaran
CV
Mekar Tani Organik ke depan akan berupaya menembus pasar di luar daerah
Kabupaten Pringsewu seperti Kota Bandar Lampung dan sekitarnya. Namun pada
tahap awal usaha, target pemasaran kami masih di wilayah Kabupaten Pringsewu. Saat
ini, cabai yang dipasarkan di swalayan maupun pasar tradisional diproduksi
secara anorganik yang tidak menjamin kesehatan konsumen.
3.
Target Produksi dan Penetapan Harga
CV
Mekar Tani Organik memiliki target produksi sebanyak 16.800 kg/ha/musim (8 bulan) dengan target pendapatan Rp
201.600.000,00/Kg (lampiran 2).
Penetapan harga jual ditentukan dari analisa biaya produksi per satuan
(kg) serta memperhatikan rerata harga di setiap segmen pasar.
4.
Perkiraan
Kebutuhan
Menurut
riset yang kami lakukan (hasil riset terlampirkan) jumlah rata-rata konsumsi
cabai rumah tangga di Kabupaten Pringsewu 0,8 ons/hari/KK atau 2,4 kg/bulan. Berdasarkan
data dari BPS tahun 2013, jumlah rumah tangga di Kabupaten Pringsewu sebanyak
74.031 rumah tangga. Berdasarkan data
tersebut, secara matematis diketahui kebutuhan cabai di Kabupaten Pringsewu
mencapai 177,67 ton/bulan. Jumlah
pasokan cabai lokal hanya dari total kebutuhan cabai di Kabupaten Pringsewu
hanya 20%, sedangkan sisanya (80%) dipasok dari luar daerah. Berdasarkan data ini, maka usaha budidaya
cabai merah organik masih sangat berpeluang untuk memenuhi kebutuhan cabai di
Kabupaten Pringsewu.
5.
Strategi
Pemasaran
a. Sosialisasi
dan promosi. Meliputi pertemuan-pertemuan terhadap masyarakat secara bertahap
dan seminar kesehatan serta menggunakan selebaran-selebaran (pamflet dan
brosur) yang akan dibagikan ke masyarakat sekaligus menerangkan dampak
penggunaan zat kimia terhadap makanan yang rutin dikonsumsi.
b. Distribusi,
produk akan didistribusikan ke segmentasi pasar yang telah disebutkan, tentunya
agar masyarakat lebih mudah dalam menjangkau produk kami. Kemasan produk dikemas
menjadi beberapa bagian, yang pertama produk kemasan untuk ukuran cabai dalam
ons menggunakan bahan sterofoem dan berlabel organic begitupun untuk ukuran
dalam kilogram atau menggunakan kemasan kantung yang berlabel organik.
0 Komentar untuk " BUDIDAYA CABAI ORGANIK DENGAN TEKNOLOGI BIOFOB"